<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d1732210148161296094\x26blogName\x3dGreatest+Stories+Ever+Told\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dTAN\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://notjust-lovestories.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://notjust-lovestories.blogspot.com/\x26vt\x3d-2804571334883318542', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Friday, August 15, 2008

♥ ~ Ayahku ~ *the real story*

Langit belum juga terang. Jam masih menunjukan jam 4 pagi di sebuah daerah di Fuzhou, China. Namun seorang anak lelaki sudah bersiap-siap untuk pergi sekolah. Ia mengenakan sepatunya yang mulai kekecilan. Setelah berpamitan kepada orang tuanya, ia pun keluar rumah disusul dua kakak laki-lakinya.
Anak itu masih sekolah dasar namun sekali lihat, orang-orang tahu kalau anak ini bukanlah anak biasa. Penampilannya sama dengan kedua kakaknya, kurus dan dibalut kemeja kecoklatan yang tadinya putih. Namun siapa yang tahu, kalau di masa depannya, ia akan memberikan ketiga anak perempuannya pendidikan yang baik.
Kakak beradik itu sudah melewati sungai dan langit mulai menunjukan semburat warnanya. Jam 5 pagi. Mereka mampir ke sebuah kedai untuk sarapan. Kedua kakaknya memesan pangsit kuah dan susu sapi. Namun anak itu hanya memesan bak pao daging dan susu kacang hangat yang harganya lebih murah. Ia melahap habis sarapannya sebelum kedua kakaknya selesai makan. Tidak mau membuang waktu, ia pun melanjutkan perjalanannya seorang diri.
sepuluh tahun berlalu...
"Pa, aku ingin pergi ke Indonesia," katanya kepada ayahnya dalam bahasa mandarin.
Ayahnya berhenti menghisap lintingan tembakau yang sudah hampir habis, "Indonesia?"
Ia mengangguk mantap.

Di Surabaya, ia membanting tulangnya - anak SD puluhan tahun yang lalu telah menjadi pemuda pekerja keras. Bahasa Indonesianya belumlah fasih, ia hanya punya tenaga yang sepenuhnya dikerahkan. Lalu ia bertemu ibuku.

Waktu berlalu... Tidak heran, tumbuh di lingkungan yang bagaikan semak, ia dianggap parasit penghisap yang merugikan. Dijebloskan ia ke dalam penjara oleh rekannya bahkan mereka yang sudah dianggapnya sebagai saudaranya sendiri. Dikhianati. Difitnah. Ia ditolak.

Diambang keputus asaan, ia tetap dibantu oleh orang-orang yang percaya padanya. Orang-orang yang dihormati dan menghormatinya. "Sudah,, sudah,, pergilah ke Jakarta. Gantungkan hidupmu pada peluhmu di sana!"

Pergilah ia merantau di Jakarta. Saat itu aku masih di kandungan ibuku. Dapat merasa dan mendengar penderitaan mereka. Bahkan aku sempat merasakan ketakutan ibuku, "Tuhan, pakah aku memilih suami yang tepat?"

Ia berjuang.. dan berjuang. Hampir semua orang yang menggantungkan nasib pada Jakarta, berakhir sia. Namun, ia tidak hanya mencari sesuap nasi. Dia tidak akan berhenti walau matahari lelah. Ia tetap mencari... dan menemukan istana.

Sampai aku lahir dan adik-adikku lahir. Tidak pernah kami kekurangan makanan. Sampai berkecukupan. Semua yang pernah menolaknya tahu, roda hidup itu berputar. Itu juga berlaku pada mereka semua. Pada akhirnya, mereka semua menjilati sepatu ayahku.

Labels: , , , , ,

♥ And did I tell you that I love you tonight
10:59 PM

4 Comments:

Blogger adinda andi anas said...

ini cerita ttg bokap ya jes?terharu bgt gw bacanya..bokap lo bener2 mulai dari nol...
yaaa emang ada org2 kaya gitu, kalo org lagi susah ditinggalin trus giliran seneng semuanya mendekat...

August 24, 2008 at 4:10 PM  
Blogger Unknown said...

iyah,, dia bener" mulai dari nol,, bahkan waktu musim dingin di sana, dia gak pake sepatu, tapi pake kain dililit" soalnya sepatunya dah kumal banget,, jadi gampang kedinginan.
Dan gue kagum banget sama beliau, soalnya dia gak dendam sama" 'orang2 itu',, bahkan sekarang dia yang 'menyokong' orang itu... keren banget!! inspirasi gue banget.. hoho!

August 24, 2008 at 8:09 PM  
Anonymous Anonymous said...

aihhh... gw nangis!!! mstinya nih crita masi kurang bgt... soalna masi byk hal laen yg hebat n bikin qta smua kaget sama beliau... ahahaha... tambah lagiii... ~^^~

August 28, 2008 at 11:52 PM  
Blogger Tuban said...

Bagus......terusin ja.Gw juga hobi nulis.......tapi kadang gak tahu p yang harus gue tulis.

January 8, 2009 at 12:54 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

4 commented

♥ the stories about


♥ Pretty Moments

♥ They're not just

♥ template by

      Jasmne